ILMU SOSIAL DASAR 2

0

2. Jika dikaitkan dengan perubahan & perkembangan jaman saat ini, lalu jika dilihat berdasarkan perkembangan teknologi yang semakin maju. Ceritakan dan jelaskan kondisi di daerah Indonesia yang saat ini masih mengalami ketertinggalan ilmu teknologi

Meski Indonesia telah merdeka 69 tahun, namun tak semua warga negeri ini turut menikmati hasil kemerdekaanya. Di Ponorogo, Jawa Timur, sebuah kabupaten yang berdampingan dengan Kabupaten Pacitan, dan Wonogiri, Jawa Tengah, kemiskinan benar-benar menjadi tragedi yang cukup mengerikan. Ratusan warga di sebuah desa terpaksa mengalami cacat mental (down syndrom) karena rantai kemiskinan dan sangat sulitnya teknologi seperti jaman sekarang. Desa tersebut ialah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon. Di desa ini, sekitar 300 orang mengalami keterbelakangan mental. Desa selanjutnya ialah Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong. Di desa ini sekitar 69 orang tercatat mengalami keterbelakangan mental. Desa Pandak, Kecamatan Balong menempati urutan ketiga dari desa dengan jumlah penduduk berstatus keterbelakangan mental. Di desa ini, sedikitnya 50-an orang mengalami keterbelakangan mental. Di antara tiga wilayah itu, Desa Sidoharjo memang tercatat paling banyak memiliki warga yang tumbuh tidak normal. Daerah yang memiliki banyak warga down syndrome memang hampir memiliki tipikal sama; sama-sama berada di lereng gunung, tanah berkapur yang sulit ditanami, terpencil, akses transportasi sulit, makanan sehari-hari tiwul, miskin, dan berpendidikan rendah. Pekerjaan mayoritas warganya juga sama: buruh tani. Lantaran berada di lereng pegunungan, mengaksesnya pun tidak mudah. Setidaknya, dibutuhkan minimal satu hingga dua jam perjalanan dari pusat Kota Ponorogo dengan menggunakan kendaraan roda empat. Tiga wilayah tersebut juga memiliki ciri khas lain, yakni hanya memiliki satu akses jalan masuk, lantaran sisi-sisi jalannya tertutup oleh perbukitan dan hutan.

 

ILMU SOSIAL DASAR 1

0

 

  1. Bagaimana perkembangan penduduk di daerah Anda masing – masing

Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, memprediksi jumlah penduduk di wilayahnya bakal membludak pada tahun 2022, yaitu mencapai 3,6 juta jiwa. Sebab, pertumbuhan penduduk setiap tahunnya mencapai 4,2 persen. Kepala Dinas Tata Kota Bekasi Koswara mengatakan tahun ini jumlah penduduk di wilayahnya 2,4 juta jiwa. Menurut dia, pertumbuhan penduduk di wilayahnya dianggap cukup pesat dibandingkan pertumbuhan secara nasional yang hanya 1,47 persen setiap tahun. “Pertumbuhan penduduk di Kota Bekasi lebih besar dibanding nasional,” kata Koswara, Rabu, 30 Maret 2016. Karena itu, kata dia, pada 2022, tingkat kepadatan menjadi 160 jiwa per hektare dari total luas wilayah 21 ribu hektare. Koswara mengatakan pertumbuhan penduduk di Kota Bekasi bisa melaju cepat karena beberapa faktor. Misalnya, ada pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) I dan II di Bekasi Timur serta perumahan lainnya. Tercatat ada 38 perumahan dengan areal pengembangan seluas 800 hektare di Kota Bekasi. Pembangunan perumahan ini kemudian diikuti pengoperasian Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang memudahkan akses transportasi dan ekonomi. Karena itu, migrasi penduduk Jakarta ke Kota Bekasi bukan fenomena yang mengejutkan karena berbagai infrastruktur sudah tersedia. “Tumbuh terus hingga sekarang,” kata Koswara. Koswara mengungkapkan, di sebelah utara Bekasi dibangun area industri, seperti Pulogadung dan Kawasan Berikat Nusantara (KBN). Di sebelah timur Bekasi dibangun kawasan industri di Cibitung dan Cikarang. Di Bekasi bagian selatan dibangun kawasan industri di Bantargebang. “Keberadaan kawasan industri ini menyokong pertumbuhan penduduk karena urbanisasi,” katanya. Menurut Koswara, peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Urbanisasi, kata dia, ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, bisa berdampak positif dan negatif. Sisi positifnya, urbanisasi ikut menyumbang peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan sisi negatifnya bisa menimbulkan ledakan penduduk yang berujung naiknya tingkat kriminalitas, pengangguran, dan aspek sosial lainnya. Karena itu, kata Koswara, urbanisasi tidak bisa dicegah, tapi harus dikelola. “Untuk mengelola urbanisasi menjadi kekuatan, perlu diciptakan lapangan kerja baru, seperti ekonomi kreatif, pusat kuliner, dan sebagainya,” katanya.